PEMBUDIDAYAAN TANAMAN SINGKONG
(Manihot Utilissima Pohl)
A. Pengolahan
1. Media Tanam
a) Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman ketela pohon yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik baik unsur makro maupun mikronya.
b) Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
2.Pembibitan
Bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon
a) Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).
b) Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam.
c) Batangnya telah berkayu dan berdiameter + 2,5 cm lurus.
d) Belum tumbuh tunas-tunas baru.
Penyiapan bibit ketela pohon meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Bibit berupa stek batang.
b) Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai tengah.
c) Setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara 25–30 batang stek.
d) Semua ikatan stek yang dibutuhkan, kemudian diangkut ke lokasi penanaman. Setelah direndam dengan air
3. Penentuan Pola Tanam
Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau setelah penanaman padi. Jarak tanam yang umum digunakan pada pola monokultur ada beberapa alternatif, yaitu 100 X 100 cm, 100 X 60 cm atau 100 X 40 cm. Bila pola tanam dengan sistem tumpang sari bisa dengan jarak tanam 150 X 100 cm atau 300 X 150 cm.
3.Pemanenan
Cara pemanenan dilakukan dengan membuat atau memangkas batang ubi kayu terlebih dahulu dengan tetap meninggalkan batang sekitar 15 cm untuk mempermudah pencabutan. Batang dicabut dengan tangan atau alat pengungkit dari batang kayu atau linggis. Hindari pemakaian cangkul, karena permukaannya yang lebar yang tanpa disadari dapat memotong ubi.
B.Manfaat
1.Sebagai bahan pangan
a. Combro merupakan makanan khas Jawa Barat. Terbuat dari parutan singkong yang bagian dalamnya diisi dengan sambal oncom kemudian digoreng. Combro merupakan kependekan dari oncom di jero (bahasa Sunda, artinya: oncom di dalam). Bentuknya bulat lonjong dan makanan ini, enak disantap saat hangat.
b.Tapai. Biasa sering dieja dengan sebutan tape adalah salah satu makanan tradisional Indonesia yang dihasilkan dari proses peragian (fermentasi). Tapai merupakan bahan pangan berkarbohidrat, yang dibuat dari singkong (ubi kayu) dan hasilnya dinamakan tapai singkong.
c.Singkong keju. Makanan ini rasanya sangat enak. Olahan singkong yang empuk di bagian dalamnya, terasa renyah, crispy, dan garing di luarnya. Akan terasa lebih nikmat, bila ditaburi keju diatasnya.
d.Cenil adalah makanan yang dibuat dari pati ketela pohon (kalau di bandung namanya aci) yang di buat bulat-bulat kecil seukuran kelereng, diberi warna merah dan direbus. Cara makan CENIL dengan diberi parutan kelapa dengan ditaburi gula pasir.
2.Sebagai bahan bakar
Bioethanol dapat dibuat dari singkong. Selain itu kandungan pati dalam singkong yang tinggi sekitar 25-30% sangat cocok untuk pembuatan energi alternatif.
Proses pembuatan bioethanol ini pun cukup sederhana. Singkong yang memiliki kandungan karbohidrat dan glukosa tinggi dihaluskan, lalu direbus. Kemudian Sebelum difermentasi menjadi etanol, pati yang dihasilkan dari umbi singkong terlebih dahulu diubah menjadi glukosa dengan bantuan enzim amilase. dan diberi ragi menggunakan ragi tape. Digunakan ragi tape karena ragi tape sangat komersil dan mudah didapat.. Setelah didiamkan sekitar tiga hingga empat hari untuk proses fermentasi, jadilah bio ethanol. Untuk penyempurnaannya, bio etanol tadi dicampur batu kapur. Setelah jadi, tinggal diukur kadar ethanolnya menggunakan alkohol meter.
kelebihan dari etanol berbahan singkong ini adalah kandungan alkohol atau etil etanolnya bisa mencapai 96 %, bahkan bisa ditingkatkan hingga 99 %. Bisa dibandingkan dengan rata-rata kandungan alkohol pada bahan bakar yang ada sekarang, yang hanya sekitar 70 %.
Selain kualitas yang tak kalah baik dengan yang dihasilkan bensin dari bahan bakar fosil, biopremium ini juga dinilai ekonomis. untuk menghasilkan satu liter etanol diperlukan enam kilogram singkong. Harga singkong Rp 400 per kilogram. Itu berarti, satu liter etanol hanya menghabiskan Rp 2.400 ditambah ongkos produksi Rp 1.000. Total harga satu liter etanol singkong menjadi Rp 3.400. Harga ini jauh lebih murah dengan yang ada di pasaran.
3.Daftar Rujukan
*http://majalahenergi.com/forum/Bioenergy/540-Pengembangan-Bioethanol-Berbahan-Singkong-sebagai-Bahan-Bakar
*http://www.jakartacitydirectory.com/news/item/traditional-food-from-cassava-
*http://100persenpatria.blogspot.com/2009_10_01_archive.html
*http://desaku-impianku.blogspot.com/2010/07/aneka-olahan.html
Jumat, 05 November 2010
Diposting oleh
Seluk Beluk BUNGA
di
00.37
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Langganan:
Postingan (Atom)